Remember when?

     Sunyi, hembus angin dikota ini membuat bulu kudukku berdiri, kutelusuri jalan kecil ini hanya sendiri, bulan pun bersembunyi dibalik awan yg kelabu, bintang juga enggan memancarkan cahayanya. Sawah yang gelap dan suara katak bernyanyi nengiringi langkahku, tiga puluh menit tak terasa, ku telah sampai dipinggir jalan besar. Seorang sopir becak menghampiriku, ia berkata,
Sopir becak: "Becak mas?"
Aku.        : "Tidak pak, saya mau ke Pacitan."
Sopir becak: "Wah, belum lewat mas jam segini, setengah jam lagi"
Aku.        : "Oh, makasih pak, bisa bantu saya nyetop bisnya?
Sopir becak: "Iya mas, sampean dari POMOSDA ya?"
Aku.        : "Iya pak"
     00.35 WIB. Laju kencang kendaraan yang melintas membuatku bingung, ku tak bisa membedakan lampu kota bis yang akan membawaku ke Pacitan. Tak lama setelah itu sopir becak itu berdiri dan melambaikan tangan, isyarat bahwa ia tengah menyetop bis. Aneka Jaya, itulah P.O. yg sampai ke Pacitan. Ku telusuri dari pintu belakang hingga ku dapat tempat duduk tepat dibelakang sopir, ku nikmati perjalanan malamku dan ku berharap bahwa esok lekas datang. Tak terasa mataku mulai terpejam, tak kusangka waktu berlalu begitu cepat, kurasa aku baru saja terlelap, tapi saat ini bis telah berhenti didesa Gemaharjo, kec. Tegalombo, Pacitan. Aku turun dari bis, ku pergi ke kamar mandi, antrian yang lumayan panjang untuk seorang yang tengah melayang terkantuk-kantuk, tapi ku coba tuk sabar hingga giliranku tiba. Kulangkahkan kakiku yang masih lemas ini menuju sebuah bangunan yang cukup ramai, bangunan sederhana dengan piring berisi sayur dan lauk yang berada dalam etalase berukuran satu kali dua meter. Tak butuh waktu lama untuk melihat lauk dan sayur itu habis karena sebagian besar penumpang akan nenjalankan ibadah puasa ramadan. Ku ambil sepiring nasi dengan sayur lodeh dan ku duduk didepan warung, bersama beberapa bapak-bapak ku mulai makan bersama mereka sambil ku dengarkan obrolan kecil mereka. Seorang yang terlihat berumur dua puluh delapan tahunan menawariku permen, ku ambil satu untuk menghormatinya.
     Klakson bis sudah terdengar, ku masih "ngemut" permen itu sambil berjalan dengan santainya masuk kedalam bis dan kembali ketempat dudukku. Satu jam berlalu, ku berhenti didepan pasar Arjosari. Ku pergi ke mushola untuk sholat subuh dan mencuci muka, tak lama setelah aku keluar dari moshola ku melihat sorot lampu yang kian mendekat, kulampaikan tanganku untuk meminta tumpangan naik ke Nawangan. Seorang wanita tua yang berada didepanku memberikan senyum dan bertanya padaku,
Mbah Ju : "Darimana le?"
Aku.     : "Dari nganjuk mbah"
Mbah Ju : "Kerja?"
Aku.     : " Tidak mbah, masih sekolah"
Mbah Ju : "Kok jauh? Kenapa tidak di pacitan?"
Aku.     : "Saya mondok mbah, oh ya, namanya siapa mbah?"
Mbah Ju : "Jumiaten le, lha kamu?"
Aku.     : "Saya Zaki mbah, jualan apa mbah?"
Mbah Ju : "Jual klepon le"
Aku.     : "Enak itu mbah, boleh bungkuskan saya mbah?"
Mbah Ju : " iya le"
(translete dari bahasa jawa ke indonesia)
Pembicaraan yang singkat dengan bahasa jawa itu membuatku inginbelajar membuat klepon juga. Ku melihat para wanita itu berbincang dan kadang kala tawa serta senyum juga dari wajah mereka, walaupun usia tak mudah lagi tapi bagi mereka bahagia itu sederhana. Menghabiskan masa tua tak hanya duduk dikursi,bermalas-malasan dirumah, tapi bagi lansia ini berkumpul dan bergurau dengan teman-teman adalah kebahagiaan masa tua halnya kita remaja.
     07.25 WIB. Hawa dingin dan kabut yang masih menyelimuti desaku, tak peduli dengan itu, aku memanaskan motor untuk segera pergi ke kota mengambil mesin jam disebuah toko kecil dekat pos polisi Penceng. Mesin sudah ditangan, aku mendapat pesan singkat dari temanku,
Sandro : "Dimana? Ayo belanja roti ke jogja"
Aku.   : "Aku di penceng, tunggu sebentar, aku kesana"
Sandro : "oke"
Ya, ku tancap gas menuju kost tempat Sandro tinggal, tak kusangka, sebuah wajah yang tak asing bagiku berada di sebelahku saat lampu merah, entah ia tau atau tidak, yang tentu aku ingat betul dengannya, ku mengikutinya dan ia berhenti di sebuah rumah dengan pagar warna oranye. Dengan tau keberadaannya aku langsung menuju tujuan awalku. Berangkat ke Jogja pukul 08.10 WIB. Perjalanan yang singkat karena kami lewat jalur selatan, keindahan pemandangan dan liak-liuk rute kami membuatku semakin tertantang untuk memacu motor KLX 150 ku. Bagiku rute baru tantangan baru.
    15.15 WIB. Ku sudah sampai di Pacitan, tanpa ragu, kutancap lagi gasku untuk pulang. 15.35 WIB. Ku berhenti didepan SDN Gondang 3, bertemu seorang yang tadi pagi ku ikuti hingga kostnya. Tak lama ia datang dengan seorang temannya, kubilang aku nitip kotakan ini untuk temannya, ku suruh dia membuka bungkusnya. Setelah sampai rumah, ku melihat ponselku dan ku mendapat pesan singkat darinya,
Febrian : "Maksudnya apa ini?"
Aku.    : "Itu kado ulang tahunmu yang baru aku berikan padamu"
Febrian : "Oh makasih ya"
Aku.    : "Sama-sama"
     Dia seorang yang berbeda untukku dan aku tak pernah bisa melupakannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tenang Lah...

Beach and Feeling

Masadepan adalah Sekarang